165 Petarung Golkar Menang Di 270 Daerah Pemilihan

Jakarta, LP3MI.ORG  --  Kematangan Partai Golkar beserta kader-kadernya dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 menjadi kunci penting kemenangan mereka. Inilah faktor yang membuat partai yang dipimpin Airlangga Hartarto itu memenangkan 165 calonnya di 270 daerah pemilihan, dalam pencoblosan 9 Desember lalu.

Analisis itu disampaikan Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Dr Firman Noor kepada media, akhir pekan ini. Selain itu, kemenangan Golkar juga dia sebut karena scientific politics, yang mengacu pada survei, dan pendekatan kualitatif.

Lewat hasil-hasil survei kekinian, Golkar bisa menangkap aspirasi masyarakat. Termasuk memotret kandidat yang paling favorit bagi masyarakat di daerah itu. Survei itu mengarah pada apa yang sedang menjadi menjadi tren di tengah masyarakat.

Dikatakan, meski sudah melakukan scientific approach, pada akhirnya juga harus dilakukan dengan good action dan proper action. “Ini sudah dilakukan kader-kader Partai Golkar. Sehingga pemetaan yang didapatkan dari scientific approach itu bisa langsung dieksekusi dengan tepat. Ini apresiasi juga kepada kader partai yang memang bekerja keras dan cerdas,” tutur Firman.

Selain itu, Golkar memiliki perangkat pendukung pemilu yang cukup komplet dan bekerja dengan cukup baik. Dia menilai, perangkat tersebut penting untuk. memastikan hal-hal terkait kepentingan pemenangan itu bisa terkontrol, kemudian terorganisir dengan baik dan membuat pencapaian-pencapaian yang jelas.

“Tanpa ada target-target dan pencapaian yang jelas, segalanya menjadi serba tidak pasti. Sehingga langkah-langkahnya pun menjadi tidak jelas dan efektif,” ujarnya.

Dalam Pilkada kali ini, Firman melihat Golkar tertantang membuktikan sebagai partai besar kebesarannya. “Partai ini juga banyak belajar apa yang sudah terjadi pada masa lalu. Di bawah pimpinan Airlangga Hartarto, Golkar telah memenuhi harapan kebanyakan anggotanya,” paparnya.

Soal pilihan koalisi di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) kali ini, Firman menilai, Golkar sangat cair. Ini disesuaikan dengan konteks di masing-masing wilayah yang tentu saja berbeda-beda. 

Dalam pandangan peneliti muda LIPI itu, kemenangan Golkar sebagai partai pengusung tunggal pasangan Benjamin Davnie dan Pilar Saga Ichsan di Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel) terasa fenomenal. “Bagi saya ini spektakuler, karena ternyata bisa mematahkan mitos ketokohan yang ternyata bagi masyarakat itu tidak berarti banyak. Masyarakat Tangsel cukup kritis dan tidak bisa menerima begitu saja dinasti politik,” tambahnya.

Firman juga melihat fenomena keterpecahan dari partai oposisi di Tangsel, menyebabkan suara pemilih tidak solid melawan incumbent. “Kerja sama Golkar dengan jaringan-jaringan non partai mampu bekerja sama dengan baik memenangankan incumbent,” pungkasnya.

Sementara Direktur Eksekutif LP3MI, Evick Budianto memberikan catatan terhadap penyelenggaraan Pilkada Serentak 2020. Menurutnya, beragam dugaan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sebaiknya segera diproses dan diputuskan, agar tidak mencederai proses demokrasi.

Evick menyarankan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu RI) dan Penegakan Hukum Terpadu (Gakumdu) sebagai petugas pemilu untuk segera memproses beragam aduan masyarakat terkait Pilkada serentak 2020. Tujuannya, agar pelaporan tidak menumpuk dan berlarut-larut.

Direktur Eksekutif LP3MI ini mengatakan, di setiap gelaran pesta demokrasi, baik itu pilkada maupun pemilu lainnya, pasti terjadi dugaan pelanggaran. Biasanya, pelanggaran itu secara garis besar terbagi menjadi tiga. Yaitu, administratif, tindak pidana, hingga netralitas aparatur sipil negara. 


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top